Kamis, 26 Februari 2015

Sejarah Celana Jeans


            Tahukah anda dengan celana jeans Levi’s? atau mungkin anda adalah salah satu penggemar pemakai celana tersebut. Levi’s merupakan celana jeans no 1 yang cukup popular dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Levi’s diperkenalkan oleh seorang pemuda nekad dari Newyork berumur 20 tahun, bernama Levi Strauss. Profesi sehari-hari pemuda tersebut adalah penjual pakaian.

Biografi Levi Strauss
Levi Strauss
            Ialah seorang yang bernama Levi Strauss yang memulai cerita ini, seorang pemuda berumur 20 tahun yang berasal dari Bavaria, Eropa. Strauss berangkat ke San Fancisco pada tahun 1980-an dengan bermodal beberapa potong tekstil yang akan dijual ke Barat. Pada saat itu di Amerika sedang demam tambang emas, dan Strauss mencoba peruntungannya dengan menjual tekstilnya kepada para penambang emas. Strauss berhasil menjual seluruh barangnya kecuali tenda-tenda yang terbuat dari kanvas.
Kemudian dari sisa potongan kanvas tersebut, Strauss membuat beberapa potong celana untuk kemudian dijual kembali kepada para pekerja tambang. Dan ternyata para pekerja tambang tersebut menyukai celana kanvas buatan Strauss, hal ini disebabkan celana kanvas tahan lama, tidak mudah rusak ataupun sobek. Karena celana kanvas buatan Strauss laku keras, ia mulai berimprovisasi dengan menggunakan bahan yang lain yang ia pesan dari Genoa, Italia. Para pemintal di Genoa menyebut bahan yang ia pesan tersebut dengan nama “genes” dan oleh Strauss diubah menjadi “ bluejeans” setelah ia mencelupnya dengan warna indigo.
            Dari sinilah Strauss mulai memproduksi calana jeans dalam jumlah yang banyak, dan para penambang pun ketagihan dengan celana buatan Strauss hingga muncul istilah “those pants of Levi’s” (celana si Levi). Setelah itu tercetuslah merk dagang bernama “Levi’s”, yang merupakan merk dagang celana jeans pertama di dunia.
Dalam waktu singkat celana Levi’s menjadi celana resmi para penambang, dan celana ini kian popular di kalangan pekerja tambang, Sehingga akhirnya menjadi simbol status ekonomi yang diasosiasikan dengan celana kelas pekerja. Di tahun 1920, Levi’s Waist Overalls menjadi produk celana kerja yang paling laku di bagian Selatan Amerika, dan walau sekarang bahannya sudah digantikan dengan denim namun banyak orang masih menyebutnya sebagai celana jeans.
            Popularitas jeans semakin melebar setelah adanya film cowboy pada tahun 1930-an, film ini sangat mendongkrak kepopuleran jeans dikarenakan para pemain pada film cowboy menggunakan bahan jeans untuk kostumnya. Dalam waktu yang relatif singkat para lelaki baik tua maupun muda berusaha meniru jagoan mereka dengan ikut mengenakan jeans. Jeans naik daun kala itu dan membuat citra jeans yang dulu hanya menjadi celana kelas pekerja menjadi sebuah simbol penampilan yang casual.
            Penggunaan jeans semakin meluas pada masa perang dunia, dimana para serdadu Amerika kala itu mengenakannya sebagai seragam selagi tidak bertugas. Dan setelah perang dunia lebih tepatnya pada tahun 1950-an jeans mendadak menjadi ”must have item” di kalangan anak muda Amerika, hal ini dipicu karena penampilan artis James Dean yang terlihat keren dengan jeansnya dan menciptakan trend baru di kalangan anak muda. Trend kembali bergulir di tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Gaya hidup menggelandang ala hippy menciptakan kreasi baru. Gadis-gadis hippy suka mengenakan jeans yang dihiasi dengan sulaman atau lukisan cat.
            Dan cerita jeans tidak berhenti di situ, jeans benar-benar menjadi trend berkualitas setelah pada tahun 1980-an para perancang top dunia seperti Armani, Klein dan Versace mulai mengangkat jeans sebagai bahan yang bisa tampil anggun dengan rancangan mereka. Kini penggunaan jeans benar-benar meluas dan bahkan telah sampai untuk seragam santai (dress down friday) yang biasa digunakan setiap jum’at untuk ke kantor.
Saat ini jeans telah menjadi bagian dari kehidupan kita, dan tidak hanya dimonopoli oleh kalangan pekerja tambang seperti pada zaman dahulu. Kini jeans telah benar-benar dapat masuk ke seluruh kalangan masyarakat tanpa memadang statusnya. Dan secara tidak langsung Levi Strauss telah menciptakan sejarah pada peradaban manusia, yakni menciptakan sebuah trend mode yang mampu diterima oleh semua kalangan. Tidak salah jika Levi Strauss menjadi sebuah legenda hidup yang akan selalu diingat di dunia fashion.
Telah lebih seabad setelah Levi memopulerkan celana celana jeans. Kini celana jeans atau denim tetap digemari bahkan naik kelas karena menjadi produk perancang terkenal dunia. Bahkan denim menjadi produk para perancang yang bekerja di Paris, kota yang mengutamakan keanggunan. Tentu saja denim mengalami masa-masa jatuh-bangun sebelum dia mendapatkan posisinya seperti saat ini.
            Pada tahun 1940-an denim sebenarnya sudah diolah menjadi produk mode dalam bentuk gaun, rok, jaket, dan celana panjang. Denim kemudian mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1970-an ketika celana jeans diproduksi massal.
            Pada era tahun 1970-an ketika Barat dilanda “endemi” hippie, celana jeans menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang “para pemberontak” itu sengaja mengoyak-ngoyak celana celana jeans mereka untuk mempertegas penolakan mereka pada kemapanan.
Mereka yang menganggap diri pengikut mode, pernah tidak tertarik pada celana jeans. Celana jeans lalu berkembang lebih sebagai baju untuk para pekerja kerah biru di Amerika. Celana jeans bahkan kemudian identik dengan pakaian  kerja para koboi ketika menggembala sapi mereka dari atas kuda mereka.
            Perputaran roda mode akhirnya sampai pada suatu masa di mana ide dipungut   dari mana saja, dari waktu kapan saja, lalu dirakit menjadi sebuah bentuk baru untuk orang masa kini. Percampuran atau eklektisisme ini mewarnai kehidupan masyarakat pascatahun 1970-an, tetapi sangat terasa pada dunia mode era 1990-an dan terus terjadi sampai kini.
Sebelum perancang memungut denim dari lemari pakaian kelas pekerja dan menjadikannya gemerlap sebagai produk perancang, para perancang telah lebih dulu mengambil gaya berbusana kelompok-kelompok tertentu seperti komunitas           punk, komunitas peselancar, komunitas pejuga gaya gotik, dan sebagainya.
Kebangkitan denim sebagai produk perancang paling mencolok terjadi ketika
            pada tahun 1990-an Tom Ford dari rumah mode Gucci mengangkat celana jeans sebagai fashion statement-nya.
Ford yang ketika itu menjadi perancang yang dikagumi karena kejeniusan rancangannya berhasil mengangkat pamor Gucci, menawarkan celana denim berwarna pudar yang koyak di banyak tempat. Tentu bukan Ford bila tidak membuat celana jeans tersebut gemerlap, sehingga ia menambahkan hiasan bulu-bulu di bagian depan bawah celananya, menyulamkan mutiara dan payet sehingga celana jeans tersebut pantas menyandang nama Gucci.
Madonna ikut mempulerkan kembalinya celana jeans melalui tur dunianya awal tahun ini yang memakai tema koboi sebagai tema pakaian. Begitu pula penyanyi kondang seperti Britney Spears dan Shakira, mereka terlihat beberapa kali menggunakan denim dalam klip video musik mereka.
             Bukan hanya Ford yang melihat peluang kembalinya celana jeans seiring dengan perubahan suasana hati ke arah gaya yang lebih kasual terutama di kalangan kerah putih yang bekerja di bidang teknologi informasi di Amerika. Perancang lain pun berlomba-lomba mendesain ulang celana jeans. Versace, Roberto Cavalli, Calvin Klein, Dolce dan Gabbana, dan Christian Dior, hanyalah beberapa nama besar di bisnis mode yang mencoba mengambil manfaat dari kembalinya celana jeans. Bahkan John Galliano yang bekerja untuk rumah mode Christian Dior masih menggunakan denim dalam salah satu rancangan adibusana untuk musim gugur dan dingin 2002/2003.
            Dalam dunia nyata, di Indonesia denim juga kembali ikut naik daun. Variasi model sangat beragam, mulai dari warna yang beragam, bergaya klasik, yang berpayet, hingga yang dibuat warnanya pudar sebagian dengan kontras yang tajam. Modelnya pun terus berganti-baggy, melebar di ujung pipa bawah, ketat membalut kaki, sebagai celana panjang, celana tiga perempat, hingga hotpants. Yang sekarang sedang digemari adalah hipster, celana denim yang dikenakan di pinggul, dan baru-baru ini model mengerucut ke bawah yang disebut dengan model pensil. Apa pun variasi yang dilakukan, namun denim dalam warna biru indigo selalu diasosiasikan sebagai pakaian dari budaya kasual.

sumber : http://www.biografiku.com/2013/02/biografi-levi-strauss-penemu-celana.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About